Selasa, 02 September 2014

Bertasbih Bersama Ikan HAKAM BIN ABAN merupakan ulama Yaman yang selalu bertasbih dan banyak melakukan ibadah. Para ulama penduduk Auf menyatakan mengenai Hakam bin Aban, “Hakam bin Aban adalah tuan dari penduduk Yaman. Ia selalu melaksanakan shalat malam. Jika ia merasa berat karena mengantuk, ia menceburkan diri ke laut dan berkata, “Aku bertasbih bersama ikan-ikan’” Selengkapnya...

Ukuran Keimanan Seseorang

Hidayatullah.com—Ukuran keimanan seseorang salah satunya bisa dilihat dari pelaksanaan shalat Subuh dan shalat Ashar. Demikian disampaikan Syeikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al Badr, guru besar bidang akidah di Universitas Islam Madinah (UIM) “Kalau akidahnya benar, keyakinannya benar, maka kita tidak akan melewatkan shalat Subuh dan Ashar. Amal yang paling utama dilihat dari seorang hamba adalah amalan shalatnya. Jika kalian mampu mengalahkan urusan dunia untuk shalat Subuh dan Ashar, maka itu akan meringankan pelaksanaan ibadah lainnya,” ujarnya pada Acara Tabligh Akbar “Pesona Surga”, Ahad 31 Agustus 2014 di Masjid Istiqlal, Jakarta. Menurut pengajar tetap di Masjid Nabawi ini, tingkatan keimanan seseorang dikaitkan dengan pelaksanaan shalat di kedua waktu tersebut merujuk pada berbagai hadits Nabi. Mudahnya seseorang melaksanakan shalat di kedua waktu tersebut berarti mudah juga shalat di tiga waktu lainnya. “Jika shalat lima waktu ringan kita kerjakan, ibadah atau amalan lainnya juga dengan sendirinya ingin kita lakukan.” Walau masalah ini sudah banyak dikaji di berbagai majelis ilmu, ia mengingatkan jamaah untuk tidak menganggap shalat sebagai ibadah biasa. Menukil Surat Al-Qiyamah ayat 24, di mana menjelaskan “wajah-wajah orang kafir pada hari kiamat menjadi muram.” Kemudian dijelaskan penyebab kemuraman mereka karena akan tertimpa malapetaka yang sangat dahsyat. Penyebab turunnya adzab tersebut dijelaskan di ayat 31: “Karena dia (mereka dahulu) tidak mau membenarkan Al-Quran Rasul dan tidak mau shalat”. Syeikh menjelaskan, pahala shalat selama hidup di dunia menjadi amalan penting untuk melihat wajah Allah di hari kiamat. “Barangsiapa ingin melihat wajah Allah maka hendaknya Ia meningkatkan amal shalihnya. Barangsiapa ingin melihat wajah Allah, jangan lupa berdoa. Dan barangsiapa mendahulukan dunia, begadang dan akhirnya melewatkan shalat Subuh dan Ashar, maka Ia tidak akan melihat wajah Allah,” “ucapnya tandas. Sebab, untuk melihat wajah Allah, adalah suatu kenikmatan tiada tara bagi orang-orang beriman.* Selengkapnya...

Kematian Yang Menggetarkan Jiwa

Di sebuah kampung hiduplah seorang nenek guru ngaji. Beliau dikenal dengan kesantunan, kelembutan, dan kesabaran dalam mengajarkan ilmu agama. Namun demikian dalam hal syariat beliau dikenal sangat jujur dan disiplin.Artinya beliau akan mengatakan A jika memang A dan mengatakan B jika memang B, meski pendapat beliau itu berlawanan dengan pendapat masyarakat pada umumnya yang masih awam. Usianya sudah uzdur (sekitar 70 tahunan) namun masih segar pancaran wajahnya dan afiat organ tubuhnya. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan dirinya, khususnya bagi pemukim baru di kampung itu. Orang menyebut beliau sebagai Nenek Haji (karena sudah naik haji), Nenek Guru, Ustadzah, Encang Haji, atau Encang Guru. Nama aslinya jarang di sebut orang. Ia mengajarkan ilmu agama dan baca Al Quran di rumahnya nan sederhana, di sebuah kampung di pinggiran kota metropolitan. Encang Guru dikenal tidak membedakan siapapun. Tidak pula membedakan usia. Siapa saja yang ingin mengaji , dipersilahkan datang ke rumahnya secara rutin pada hari dan waktu tertentu. Hanya saja dipesankan kepada mereka yang ingin mengaji, haruslah serius dan istiqomah. Tidak bisa untuk sekedar main-main dan coba-coba. Dulu, jamaah pengajiannya adalah jamaah kecil. Namun kini, seiring dengan makin mengenalnya orang-orang akan kesantunan, keilmuan, dan sifat penyabar itu, banyak orang yang makin memuliakan diri beliau. Sebuah organisasi besar telah mencatat beliau sebagai tokoh yang semestinya dihormati, dimuliakan, dan diberikan tempat yang sepadan dengan keilmuan dan akhlaknya yang mulia. Nah, di kampung yang sama hiduplah seorang pria kepala lingkungan yang sifatnya bertolak belakang (antagonis). Dia masih jauh lebih muda (sekitar 50-an) dan memiliki profesi yang sedikit banyak adalah sama, yaitu guru mengaji. Hanya saja dia cenderung bersifat komersial dan serba duniawi. Sebut saja namanya Ustadz Darly Sebagai contoh sederhana, ketika ia akan memberikan khutbah jumat, maka ia akan pilih-pilih masjid yang bisa memberikan honor besar. Jika ada proyek dari desa/kelurahan, dialah yang bertindak sebagai satu-satunya orang (di lingkungannya) yang bisa mengajukan proposal, mencairkan dana, dan membuat laporan pertanggungjawaban yang realitanya berbeda dengan apa yang dilaporkan.Semuanya dibawah kontrol dia dan keluarganya. Semua kepala lingkungan dibawahnya, tidak ada yang berkutik dan tidak tahu dengan pasti. Jika saluran air diperbaiki ya Alhamdulillah, meski yang diperbaiki 20 m dan yang dilaporkan 100 m. Jika jalan lingkungan di aspal dengan memungut iuran masing-masing rumah yang dilewati sebesar Rp 100.000 ya Alhamdulillah, meski semestinya tanpa harus memungut iuran warga dan semestinya dengan pengaspalan yang bagus. Orang yang banyak berhubungan dengan kelurahan saja yang tahu sepak terjangnya, kemudian mereka membocorkannya ke masyarakat secara off the record. Jadi semua pada diam, namun sebenarnya sudah sama-sama paham. Pada suatu hari dia bertemu dengan Encang Guru di depan rumahnya. Terjadilah percakapan, “…ngomong-ngomong kontraknya masih panjang apa sebentar lagi nih!” Darly melontarkan pertanyaan yang bermaksud meledek. Kata seorang warga, memang demikianlah watak si Darly, suka meledek dan memojokkan orang. Rasanya dia tidak akan puas jika belum membuat orang tersinggung atau sakit hati. Mendengar ledekan Ustadz Darly tadi, Encang Haji hanya berujar dengan sabar, boleh jadi dengan menahan sedikit luka hati di dadanya. Suaranya dipelankan dan disabar-sabarkan. “Nak Haji…, Namanya umur itu, kita tidak bisa tahu….” Buru-buru Ustadz Darly memotong pembicaraan, “…Tapi kontrak gua masih panjang Nek Haji….” “…Yah namanya umur, Nak Haji ga boleh begitu. Semua sudah ditentukan takdirnya oleh Allah..” “Iya, tapi kontrak gua masih lebih panjang kan Nek Haji?” Encang Guru hanya bisa diam mendengar Ustadz Darly yang tidak mau kalah dengan ledekannya. Jika perlu harus mengelus dada untuk menyadarkannya, boleh jadi Encang Haji mungkin sudah melakukannya. Namun apa daya, beliau sudah maklum barangkali. Kebetulan Ustadz Darly sedang bersama isterinya waktu itu, yang perilakunya tidak jauh beda dengan dirinya. Tiba-tiba isterinya berujar : “Siapa yang bakal jadi janda lagi ya Nek Haji..” Isteri Ustadz Darly itu tidak mau kalah bercanda dengan kematian. Encang Haji memang sudah Janda. Seakan dia mengatakan bahwa suaminya masih muda dan masih lama hidupnya di dunia.Tidaklah mungkin dirinya yang terima giliran dan di menjadi janda. Dia menyudutkan Encang haji dengan mengisyaratkan sebuah pertanyaan “Jika bukan Encang Haji yang akan segera wafat lantas siapa dong?” — Dua hari kemudian, terdengarlah berita heboh yang tidak disangka-sangka. Ustadz darly dikabarkan meninggal akibat komplikasi usus buntu di sebuah rumah sakit di kota metropolitan. Sebagian orang menerima kabar dengan sikap biasa tanpa antusias, sebagian lagi kaget karena baru beberapa hari lalu berjumpa dalam kondisi sehat, dan sebagian lagi mensyukuri di dalam hati masing-masing. Namun ada satu orang yang bergetar jiwanya mendengar kabar itu. Dan ini terungkap beberapa hari setelah masa berkabung lewat dan Dia menceritakan kejadian aneh itu kepada orang terdekat. Dialah Nenek Guru itu. “Sampai hari ini hati saya masih bergetar jika mengingat kejadian itu….” ujar beliau. Tanpa menyebut kenapa, kita bisa maklum dan merasakan suasana batin beliau. Beliau tidak mengatakan sesuatu kata apapun ketika beliau diledek dan dipojokkan. Padahal seharusnya dia dimuliakan karena jauh lebih tua dan memang secara integritas dan keilmuan beliau lebih baik.Namun agaknya, Allah SWT tidak rela hambanya yang mukhlis disakiti dan dilukai hatinya. Allah SWT telah menjawabkan pertanyaan yang enggan beliau jawab waktu itu. Allah SWT telah membalaskannya dengan balasan yang adil. Hati beliau bergetar karena kekuasaanNya begitu terbentang jelas dihadapan beliau. Naudzubillah. Semoga kita terhindar dari melukai hati hamba Allah yang berjiwa mulia. Dan semoga ini menjadi penguat bahwa kita tidak perlu risau atau takut dengan celaan orang-orang yang mencela kepada kita. Sandarkan segalanya kepada-Nya. Allah SWT memiliki jawaban terbaik bagi hambaNya.Wallahua’lam.(Eramuslim). Selengkapnya...

Rabu, 25 Agustus 2010

PUASA SUNNAT

1. PUASA ENAM HARI SYAWWAL

* Abu Ajjub r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Siapa yang puasa bulan Ramadhan kemudian diikutinya dengan enam hari syawwal maka bagaikan orang puasa sepanjang masa (HR.Muslim)

2. PUASA SENIN KAMIS

* Abu Qotadah r.a. berkata : Rasulullah saw ditanya tentang puasa hari senen? Jawabnya: Itu hari saya dilahirkan, dan hari saya diutus dan diturunkan Qur'an kepadaku pada hari itu juga. (HR.Muslim)

* Abu Hurairah r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Amal perbuatan itu diperiksa tiap hari senin dan kamis, maka saya suka diperiksa amalku sedang saya puasa. (HR.Attirmidzy)

* Aisyah r.a. berkata: adalah Rasulullah saw memperhatikan puasa senin dan kamis (HR. Attirmidzy)

3. PUASA TIGA HARI PADA TIAP BULAN

*Abu Hurairah r.a. berkata: Junjunganku saw telah berpesan padaku supaya puasa tiap bulan tiga hari, dan sembahyang dua raka'at dluha, dan sembahyang witir sebelum tidur (HR.Muslim)

* Abud-Darda' r.a. berkata: Junjunganku saw telah berpesan padaku tiga macam jangan sampai saya tinggalkan selama hidupku: Puasa tiga hari tiap bulan, sembahyang dluha, dan sembahyang witir sebelum tidur (HR. Muslim)

* Abdullah bin Amru bin Al'Ash r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Puasa tiga hari tiap bulan, bagaikan puasa selama hidup (sepanjang masa) (HR. Buchary, Muslim)

* Mu'adzah Al-'Adawiyah r.a. bertanya pada Aisyah: Apakah Rasulullah saw puasa tiga hari tiap bulan? Jawab Aisyah: Benar. Ditanya: Bulan apa saja? Jawab Aisyah: Tidak peduli bulan yang mana saja (HR. Muslim)

* Abu Dzarr r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: jika kau puasa tiga hari dalam sebulan, maka puasalah pada tanggal 13-14-15 pada bulan itu (HR.Attarmidzy)

* Qotadah bin Milhan r.a. berkata: Adanya Rasulullah saw menyuruh kita puasa hari-hari putih yaitu 13-14-15 tiap bulan (HR.Abu Dawud)

* Ibnu Abbas r.a. berkata: adanya Rassulullah saw tidak pernah berbuka (tidak puasa) pada hari-haari putih, baik ia dalam negeri maupun sedang berpergian (HR. An-Nasa'i)

Selengkapnya...

KEUTAMAAN PUASA ASYURA' DAN ARAFAH

1. Abu Qotadah r.a. berkata : Rasulullah saw ditanya tentang puasa hari Arafah? Jawabnya: Menembus dosa tahun yang lalu dan yang akan datang (HR. BUchary,Muslim)

2. Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw telah puasa hari Asyura' dan menyuruh supaya orang-orang puasa. (HR.Bucharu,Muslim)

3. Abu Qotadah r.a. berkata: Rasulullah saw ditanya tentang puasa Asyura'? Jawabnya: Menembus dosa tahun yang lalu. (HR. Muslim)

4. Ibnu Abbas r.a. berkata: Rasulullah saw bersabda: Kalau saya lanjut umur sampai tahun yang akan datang, niscaya saya akan puasa tasu'a (tanggal sembilam Muharram). (HR.Musli)
Tetapi Rasulullah wafat sebelum terlaksana niatnya itu.
Selengkapnya...

KEUTAMAAN PUASA SEPULUH HARI PERMULAAN BULAN DZULHIJJAH

Ibnu 'Abbas r.a. berkata : Rasulullah saw bersabda : Tiada suatu hari di mana seorang beramal salih di dalamnya lebih disukai oleh Allah daripada hari-hari ini, yalah sepuluh hari Awal Dzulhijjah. Sahabat bertanya: Ya Rasulullah, meskipun jihad fisabilillah? Jawab Nabi : Meskipun jihad fisabilillah, terkecuali jika seorang keluar dengan menbawa semua hartanya dan tiada kembali dengan apa-apanya. (HR. Buchary)

di kutib dari RIADHUS SHALIHIN Selengkapnya...

KEUTAMAAN PUASA MUHARRAM DAN SYA'BAN

1. Abu Hurairah r.a. berkata Rasulullah saw bersabda: "Seutama-utama puasa sesudah Ramadhan yalah puasa bulan Muharram, dan seutama-utama sembahyang sesudah fardlu yalah sembahyang malam. (HR. Muslim)

2. Aisyah r.a. berkata: Tidak pernah Rasulullah saw berpuasa dalam satu bulan yang lebih banyak dari puasanya dalam bulan sya'ban adakalanya sebulan penuh. Dan adakalanya hampir penuh hanya sedikit yang tidak puasa. (HR. Buchary, Muslim)

3. Mudjibah Albahilijah dari ayahnya atau pamannya berkata: Ia datang kepada Rasulullah saw kemudian setelah satu tahun kembali lagi kepada Rasulullah saw dalam keadaan sangat berubah bentuk dan keadaannya, sehingga asing bagi rasulullah saw maka ia berkata: Ya Rasulullah, apakah kau tidak mengenal saya? Jawab Nabi: Siapakah kau? Jawabnya: Saya Albahily yang datang kepadamu pada tahun yang lalu. Nabi bertanya: Mengapakah kau sangat berubah demikian rupa? Jawabnya: sejak saya berpisah padamu itu saya tidak makan kecuali waktu malam. Rasulullah saw berkata: Kau telah menyiksa dirimu. Kemudian berkata: Puasalah bulan sabar (Ramadhan) dan satu hari tiap bulan. Berkata ia: Tambahlah bagi saya karena saya masih kuat. Bersabda Nabi: Puasalah tiga hari tiap bulan. Berkata: Tambahlah bagi saya. Bersabda Nabi : Puasalah bulan Asyhurul-hurum, dan hentikanlah-puasalah Asyhurul-hurum, dan hentikanlah. Puasalah Asyhurul-hurum dan tinggalkan. Rasulullah sambil menunjukkan jari yang tiga dibuka ditutupnya (HR.Abu Dawud)

Selengkapnya...

Afifatul Qona'ah

Afifatul Qona'ah

free counters

Mesin Penghasil Uang