Sabtu, 03 Agustus 2024

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASISI NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASISI NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

Kegiatan Pemantik

Kutipan dari Bob Talbert, “Teaching kids to count is fine but teaching them what counts is best,” menggarisbawahi pentingnya nilai-nilai utama dalam pendidikan. Tidak hanya mengajarkan keterampilan dasar, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kebajikan, yang relevan dengan proses pembelajaran yang sedang kita jalani. Nilai-nilai dalam pengambilan keputusan sangat mempengaruhi lingkungan kita, menciptakan budaya yang adil dan berempati.

Refleksi pada Kutipan

Mengajarkan nilai-nilai yang berharga kepada siswa, seperti empati dan tanggung jawab, lebih penting daripada sekadar keterampilan teknis. Dalam pengambilan keputusan, nilai-nilai ini membantu menciptakan dampak positif di lingkungan sekolah. Sebagai pemimpin pembelajaran, penting untuk mencontohkan dan mengajarkan keputusan berbasis nilai.

Rangkuman Perjalanan Pembelajaran

Filosofi Ki Hajar Dewantara

Filosofi Ki Hajar Dewantara dengan Pratap Triloka memiliki keterkaitan erat dengan pengambilan keputusan sebagai pemimpin. "Ing Ngarso Sung Tulodo" (di depan memberi teladan), "Ing Madyo Mangun Karso" (di tengah memberi semangat), dan "Tut Wuri Handayani" (di belakang memberi dorongan), mengajarkan pentingnya integritas, motivasi, dan dukungan dalam setiap keputusan yang diambil.

Pengaruh Nilai dalam Pengambilan Keputusan

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri kita sangat mempengaruhi prinsip-prinsip yang diambil dalam pengambilan keputusan. Nilai kebajikan, seperti keadilan, kejujuran, dan empati, menjadi panduan utama dalam menghadapi dilema etika.

Kaitan dengan Kegiatan Coaching

Materi pengambilan keputusan berkaitan dengan kegiatan 'coaching' yang diberikan oleh fasilitator. Coaching membantu mengevaluasi efektivitas keputusan yang diambil dan memberikan wawasan untuk perbaikan. Ini membantu dalam proses refleksi dan memastikan keputusan didasarkan pada nilai-nilai yang kuat.

Pengelolaan Aspek Sosial Emosional

Kemampuan guru dalam mengelola dan menyadari aspek sosial emosionalnya sangat berpengaruh terhadap pengambilan keputusan dalam dilema etika. Kesadaran ini membantu guru membuat keputusan yang adil dan berempati, menciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif.

Pembahasan Studi Kasus

Pembahasan studi kasus membantu memahami bagaimana nilai-nilai etika diterapkan dalam situasi nyata. Nilai-nilai ini kembali kepada inti dari pendidikan, yaitu membentuk karakter dan perilaku etis pada siswa.

Dampak Pengambilan Keputusan

Pengambilan keputusan yang tepat berdampak pada terciptanya lingkungan yang positif, kondusif, aman, dan nyaman. Ini juga mempengaruhi kesejahteraan dan perkembangan siswa secara keseluruhan.

 

 

Tantangan dalam Pengambilan Keputusan

Tantangan utama adalah memastikan keputusan yang diambil adil bagi semua pihak. Perubahan paradigma di lingkungan sekolah dapat membantu mengatasi tantangan ini dengan mengutamakan nilai-nilai kebajikan dalam setiap keputusan.

Pengajaran yang Memerdekakan

Pengambilan keputusan yang adil dan berdasarkan nilai-nilai kebajikan memerdekakan siswa, membantu mereka mencapai potensi terbaiknya. Ini menciptakan ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai dengan keunikan dan kebutuhan masing-masing.

Pengaruh Keputusan Pemimpin Pembelajaran

Keputusan pemimpin pembelajaran sangat mempengaruhi kehidupan dan masa depan siswa. Pemimpin yang berpegang pada nilai-nilai kebajikan menciptakan lingkungan belajar yang mendukung dan memotivasi siswa untuk berprestasi.

Kesimpulan Akhir

Pembelajaran dalam modul ini menunjukkan bahwa nilai-nilai kebajikan adalah inti dari pengambilan keputusan yang efektif dan etis. Memahami konsep dilema etika, paradigma pengambilan keputusan, dan langkah-langkah pengujian keputusan sangat penting bagi seorang pemimpin pembelajaran. Pembelajaran ini memperkuat pentingnya integritas, empati, dan keadilan dalam setiap keputusan yang diambil.

Dengan mempelajari modul ini, saya semakin menyadari pentingnya nilai-nilai kebajikan dalam setiap keputusan yang diambil sebagai pemimpin pembelajaran. Sebelum mempelajari modul ini, keputusan yang saya ambil mungkin tidak sepenuhnya mempertimbangkan aspek etika dan nilai-nilai kebajikan. Sekarang, saya lebih memahami dan mengaplikasikan prinsip-prinsip tersebut dalam setiap keputusan yang diambil.

Mempelajari topik ini sangat penting bagi perkembangan pribadi dan profesional saya sebagai pemimpin pembelajaran. Ini membantu saya menjadi lebih sadar akan dampak keputusan saya terhadap lingkungan belajar dan masa depan siswa.

 

Selasa, 02 September 2014

Bertasbih Bersama Ikan HAKAM BIN ABAN merupakan ulama Yaman yang selalu bertasbih dan banyak melakukan ibadah. Para ulama penduduk Auf menyatakan mengenai Hakam bin Aban, “Hakam bin Aban adalah tuan dari penduduk Yaman. Ia selalu melaksanakan shalat malam. Jika ia merasa berat karena mengantuk, ia menceburkan diri ke laut dan berkata, “Aku bertasbih bersama ikan-ikan’”

Ukuran Keimanan Seseorang

Hidayatullah.com—Ukuran keimanan seseorang salah satunya bisa dilihat dari pelaksanaan shalat Subuh dan shalat Ashar. Demikian disampaikan Syeikh Prof. Dr. Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin Al Badr, guru besar bidang akidah di Universitas Islam Madinah (UIM) “Kalau akidahnya benar, keyakinannya benar, maka kita tidak akan melewatkan shalat Subuh dan Ashar. Amal yang paling utama dilihat dari seorang hamba adalah amalan shalatnya. Jika kalian mampu mengalahkan urusan dunia untuk shalat Subuh dan Ashar, maka itu akan meringankan pelaksanaan ibadah lainnya,” ujarnya pada Acara Tabligh Akbar “Pesona Surga”, Ahad 31 Agustus 2014 di Masjid Istiqlal, Jakarta. Menurut pengajar tetap di Masjid Nabawi ini, tingkatan keimanan seseorang dikaitkan dengan pelaksanaan shalat di kedua waktu tersebut merujuk pada berbagai hadits Nabi. Mudahnya seseorang melaksanakan shalat di kedua waktu tersebut berarti mudah juga shalat di tiga waktu lainnya. “Jika shalat lima waktu ringan kita kerjakan, ibadah atau amalan lainnya juga dengan sendirinya ingin kita lakukan.” Walau masalah ini sudah banyak dikaji di berbagai majelis ilmu, ia mengingatkan jamaah untuk tidak menganggap shalat sebagai ibadah biasa. Menukil Surat Al-Qiyamah ayat 24, di mana menjelaskan “wajah-wajah orang kafir pada hari kiamat menjadi muram.” Kemudian dijelaskan penyebab kemuraman mereka karena akan tertimpa malapetaka yang sangat dahsyat. Penyebab turunnya adzab tersebut dijelaskan di ayat 31: “Karena dia (mereka dahulu) tidak mau membenarkan Al-Quran Rasul dan tidak mau shalat”. Syeikh menjelaskan, pahala shalat selama hidup di dunia menjadi amalan penting untuk melihat wajah Allah di hari kiamat. “Barangsiapa ingin melihat wajah Allah maka hendaknya Ia meningkatkan amal shalihnya. Barangsiapa ingin melihat wajah Allah, jangan lupa berdoa. Dan barangsiapa mendahulukan dunia, begadang dan akhirnya melewatkan shalat Subuh dan Ashar, maka Ia tidak akan melihat wajah Allah,” “ucapnya tandas. Sebab, untuk melihat wajah Allah, adalah suatu kenikmatan tiada tara bagi orang-orang beriman.*

Kematian Yang Menggetarkan Jiwa

Di sebuah kampung hiduplah seorang nenek guru ngaji. Beliau dikenal dengan kesantunan, kelembutan, dan kesabaran dalam mengajarkan ilmu agama. Namun demikian dalam hal syariat beliau dikenal sangat jujur dan disiplin.Artinya beliau akan mengatakan A jika memang A dan mengatakan B jika memang B, meski pendapat beliau itu berlawanan dengan pendapat masyarakat pada umumnya yang masih awam. Usianya sudah uzdur (sekitar 70 tahunan) namun masih segar pancaran wajahnya dan afiat organ tubuhnya. Tidak banyak yang mengetahui keberadaan dirinya, khususnya bagi pemukim baru di kampung itu. Orang menyebut beliau sebagai Nenek Haji (karena sudah naik haji), Nenek Guru, Ustadzah, Encang Haji, atau Encang Guru. Nama aslinya jarang di sebut orang. Ia mengajarkan ilmu agama dan baca Al Quran di rumahnya nan sederhana, di sebuah kampung di pinggiran kota metropolitan. Encang Guru dikenal tidak membedakan siapapun. Tidak pula membedakan usia. Siapa saja yang ingin mengaji , dipersilahkan datang ke rumahnya secara rutin pada hari dan waktu tertentu. Hanya saja dipesankan kepada mereka yang ingin mengaji, haruslah serius dan istiqomah. Tidak bisa untuk sekedar main-main dan coba-coba. Dulu, jamaah pengajiannya adalah jamaah kecil. Namun kini, seiring dengan makin mengenalnya orang-orang akan kesantunan, keilmuan, dan sifat penyabar itu, banyak orang yang makin memuliakan diri beliau. Sebuah organisasi besar telah mencatat beliau sebagai tokoh yang semestinya dihormati, dimuliakan, dan diberikan tempat yang sepadan dengan keilmuan dan akhlaknya yang mulia. Nah, di kampung yang sama hiduplah seorang pria kepala lingkungan yang sifatnya bertolak belakang (antagonis). Dia masih jauh lebih muda (sekitar 50-an) dan memiliki profesi yang sedikit banyak adalah sama, yaitu guru mengaji. Hanya saja dia cenderung bersifat komersial dan serba duniawi. Sebut saja namanya Ustadz Darly Sebagai contoh sederhana, ketika ia akan memberikan khutbah jumat, maka ia akan pilih-pilih masjid yang bisa memberikan honor besar. Jika ada proyek dari desa/kelurahan, dialah yang bertindak sebagai satu-satunya orang (di lingkungannya) yang bisa mengajukan proposal, mencairkan dana, dan membuat laporan pertanggungjawaban yang realitanya berbeda dengan apa yang dilaporkan.Semuanya dibawah kontrol dia dan keluarganya. Semua kepala lingkungan dibawahnya, tidak ada yang berkutik dan tidak tahu dengan pasti. Jika saluran air diperbaiki ya Alhamdulillah, meski yang diperbaiki 20 m dan yang dilaporkan 100 m. Jika jalan lingkungan di aspal dengan memungut iuran masing-masing rumah yang dilewati sebesar Rp 100.000 ya Alhamdulillah, meski semestinya tanpa harus memungut iuran warga dan semestinya dengan pengaspalan yang bagus. Orang yang banyak berhubungan dengan kelurahan saja yang tahu sepak terjangnya, kemudian mereka membocorkannya ke masyarakat secara off the record. Jadi semua pada diam, namun sebenarnya sudah sama-sama paham. Pada suatu hari dia bertemu dengan Encang Guru di depan rumahnya. Terjadilah percakapan, “…ngomong-ngomong kontraknya masih panjang apa sebentar lagi nih!” Darly melontarkan pertanyaan yang bermaksud meledek. Kata seorang warga, memang demikianlah watak si Darly, suka meledek dan memojokkan orang. Rasanya dia tidak akan puas jika belum membuat orang tersinggung atau sakit hati. Mendengar ledekan Ustadz Darly tadi, Encang Haji hanya berujar dengan sabar, boleh jadi dengan menahan sedikit luka hati di dadanya. Suaranya dipelankan dan disabar-sabarkan. “Nak Haji…, Namanya umur itu, kita tidak bisa tahu….” Buru-buru Ustadz Darly memotong pembicaraan, “…Tapi kontrak gua masih panjang Nek Haji….” “…Yah namanya umur, Nak Haji ga boleh begitu. Semua sudah ditentukan takdirnya oleh Allah..” “Iya, tapi kontrak gua masih lebih panjang kan Nek Haji?” Encang Guru hanya bisa diam mendengar Ustadz Darly yang tidak mau kalah dengan ledekannya. Jika perlu harus mengelus dada untuk menyadarkannya, boleh jadi Encang Haji mungkin sudah melakukannya. Namun apa daya, beliau sudah maklum barangkali. Kebetulan Ustadz Darly sedang bersama isterinya waktu itu, yang perilakunya tidak jauh beda dengan dirinya. Tiba-tiba isterinya berujar : “Siapa yang bakal jadi janda lagi ya Nek Haji..” Isteri Ustadz Darly itu tidak mau kalah bercanda dengan kematian. Encang Haji memang sudah Janda. Seakan dia mengatakan bahwa suaminya masih muda dan masih lama hidupnya di dunia.Tidaklah mungkin dirinya yang terima giliran dan di menjadi janda. Dia menyudutkan Encang haji dengan mengisyaratkan sebuah pertanyaan “Jika bukan Encang Haji yang akan segera wafat lantas siapa dong?” — Dua hari kemudian, terdengarlah berita heboh yang tidak disangka-sangka. Ustadz darly dikabarkan meninggal akibat komplikasi usus buntu di sebuah rumah sakit di kota metropolitan. Sebagian orang menerima kabar dengan sikap biasa tanpa antusias, sebagian lagi kaget karena baru beberapa hari lalu berjumpa dalam kondisi sehat, dan sebagian lagi mensyukuri di dalam hati masing-masing. Namun ada satu orang yang bergetar jiwanya mendengar kabar itu. Dan ini terungkap beberapa hari setelah masa berkabung lewat dan Dia menceritakan kejadian aneh itu kepada orang terdekat. Dialah Nenek Guru itu. “Sampai hari ini hati saya masih bergetar jika mengingat kejadian itu….” ujar beliau. Tanpa menyebut kenapa, kita bisa maklum dan merasakan suasana batin beliau. Beliau tidak mengatakan sesuatu kata apapun ketika beliau diledek dan dipojokkan. Padahal seharusnya dia dimuliakan karena jauh lebih tua dan memang secara integritas dan keilmuan beliau lebih baik.Namun agaknya, Allah SWT tidak rela hambanya yang mukhlis disakiti dan dilukai hatinya. Allah SWT telah menjawabkan pertanyaan yang enggan beliau jawab waktu itu. Allah SWT telah membalaskannya dengan balasan yang adil. Hati beliau bergetar karena kekuasaanNya begitu terbentang jelas dihadapan beliau. Naudzubillah. Semoga kita terhindar dari melukai hati hamba Allah yang berjiwa mulia. Dan semoga ini menjadi penguat bahwa kita tidak perlu risau atau takut dengan celaan orang-orang yang mencela kepada kita. Sandarkan segalanya kepada-Nya. Allah SWT memiliki jawaban terbaik bagi hambaNya.Wallahua’lam.(Eramuslim).

Afifatul Qona'ah

Afifatul Qona'ah

free counters

Mesin Penghasil Uang